Senin, 08 Juni 2009

Mesir dan Arab Saudi Cegah Kandidat Hizbullah ke Parlemen









Hizbullah
Hizbullah
Lebanon hari ini (Ahad 7/6) menggelar hajatan besar berupa pemilu legislatif. Warga mulai berduyun-duyun ke tempat pemilihan umum sejak pukul tujuh pagi waktu setempat hingga pukul tujuh petang guna memilih wakil mereka di parlemen. Dalam pemilu kali ini lebih dari 500 kandidat yang bersaing untuk memperebutkan 128 kursi parlemen. Pemilu legislatif ini digelar dengan pengamanan ketat, tentara ditempatkan di sekitar tempat pemungutan suara (TPS).

Panglima militer Lebanon, Jean Qahwaji saat sidang bersama stafnya meminta para bawahannya untuk mencegah terjadinya instabilitas keamanan saat pemilu. Presiden Lebanon, Michel Sleiman kembali menekankan netralitas berbagai lembaga dan instansi pemerintah di pemilu. Pemilu ini digelar di saat rakyat Lebanon menghadapi badai hebat rencana keji AS dan Rezim Zionis Israel.

Terkait hal ini Koran Al-Akhbar, cetakan Lebanon menulis, sejumlah negara Arab dan Barat membentuk badan khusus untuk mengkaji dan mempengaruhi pemilu legislatif di Lebanon. Masih menurut sumber ini, AS bekerjasama dengan Arab Saudi dan Mesir membentuk badan khusus guna memicu ketakutan di tengah warga guna mencegah kemenangan Hizbullah dan pendukungnya dari kubu 8 Maret. Sumber ini mengungkapkan, Arab Saudi sendiri hingga kini telah mengucurkan bantuan kepada kubu 14 Maret sebesar 300 juta dolar. Dana sebesar itu dimanfaatkan untuk membiayai kampanye para kandidat pro Barat dan popaganda lainnya. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk membiayai lebih dari 15 ribu warga Labanon yang tinggal di Eropa, AS dan negara Arab lainnya untuk pulang ke negara mereka dan memberikan suaranya kepada kubu 14 Maret.

Sumber ini menekankan, agenda kerja terbaru AS dan Arab Saudi serta Mesir ditujukan untuk menciptakan ketakutan di tengah warga, dengan harapan rakyat tidak memberikan suaranya kepada Hizbullah. Televisi Al-Manar menyatakan, ancaman AS terhadap warga hingga kini masih terus berlangsung. Malah kini para petinggi Washington bertambah bulat tekad mereka untuk melanjutkan rencana busuknya tersebut.

Jeffrey Feltman, salah satu deputi menlu AS mengambil sikap keras dengan mengancam bahwa hasil pemilu legislatif di Lebanon akan mempengaruhi sikap AS dan masyarakat internasional terhadap negara ini. Ia juga mengkritik pernyataan Michel Aoun yang menyerukan umat Kristen Lebanon untuk tidak bergantung pada AS. Nampaknya AS masih berniat melanjutkan intervensinya terhadap urusan internal Lebanon.

Ketua komisi luar negeri di Kongres AS, Howard Berman mengatakan, anggota kongres dengan seksama mengawasi jalannya pemilu di Lebanon. Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri menekankan bahwa muqawama telah menyumbangkan banyak syuhada untuk membebaskan Lebanon dan membangun negara ini.

Jumat, 13 Februari 2009

Pemalsuan Identitas Al-Quds Ala Andalusia Spanyol




Nicola Naser

Harian Al-Watan Qatar (05/12/08)

Sejumlah media internasional ternama Rabu kemarin (3/12/2008) disibukkan oleh “Pertempuran” politik dalam ajang pemilu Israel untuk memilih kepala distrik Al-Quds yang akan memimpin kota Kiblat Pertama Ummat Islam dan tempat isranya Rasulallah SAW, Al-Quds. Terjadi perdebatan seru apakah yang akan memimpin Al-Quds seorang yahudi sekuler ataukah seorang yahudi agamis.

Ada tiga kandidat yang maju menjadi pemimpin Al-Quds saat itu. Salah satunya seorang milyuner dan jenderal aktif di jajaran militer Israel, Neir Barokat. Kedua, tokoh radikal Israel yang masih bermimpi mendirikan “Israel Raya” yang membentang antara sungai Nil hingga Furat, namanya, Meir Burash. Dan ketiga, pengusaha dan seorang imigran asal Rusia yang sedang menghadapi pengadilan Prancis terkait tuduhan penyelundupan senjata, Arkadi Gaidamac.

Para tokoh yahudi bersilang pendapat tentang siapa diantara ketiganya yang memiliki “darah yahudi” sehingga ia pantas memimpin Al-Quds. Semuanya sepakat untuk meyahudikan semua sisa kearaban yang masih nampak di Al-Quds dengan jalan memperluas wilayah permukiman yahudi hingga menjamin berdirinya satu-satunya ibu kota abadi bagi negara Zionis Israel dan berada di bawah otoritasnya secara penuh.

Sementara itu, para pemimpin Palestina di Ramallah yang masih amanah terhadap warisan kearaban Al-Quds, menganggap cukup dengan pengakuan dari sejumlah negara Arab dan Islam sebagai representasi legal bagi kearaban Palestina. Sebagaimana biasa, mereka juga menyerukan kepada warga Al-Quds untuk memboikot pemilu Israel tersebut. Karena keikutsertaan mereka bisa dijadikan alasan bagi Israel untuk menggabungkan Al-Quds timur ke dalam wilayah jajahan Israel.

Untuk menyibukan para pemimpin tersebut dalam “Pertempuran Yang Merugikan” terutama kaitanya dengan legalitas Palestina, sejumlah media internasional ternama menyebut pertempuran ini dengan pertarungan identitas bagi koalisi Palestina dalam proses perdamaian ke depan. Apakah Palestina akan dipimpin oleh kalangan “Sekuler demokrastis” (kondisi ini masih mungkin diterima) ataukah kalangan “Islam Ta’at” namun jelas akan ditolak dan harus diblokade. Semua ini terjadi di tengah proses yahudisasi ibu kota Al-Quds baik dari segi spirit, politik, ekonomi ataupun sejarahnya bagi bangsa Arab Palestina dan kaum musliminnya. Baik bagi yang taat agamanya ataupun yang sekuler.

Di sisi lain, terjadi kegamangan bagi sebagian pegawai Arab terkait persiapan realisasi dari keputusan sidang dewan menteri kebudayaan arab pada 8 dan 9 Nopember 2006 lalu di Amman yang mau menjadikan Al-Quds sebagai ibu kota budaya Arab pada tahun 2009, menyusul terpecahnya Palestina dan sejumlah negara Arab dalam hal ini.

Kegalauan juga melanda tentara Urmur dari kalangan Pemerintah otoritas Palestina di Al-Quds dan para penasehat perdana menteri urusan Al-Quds, juga persatuan Al-Quds di lingkungan kepresidenan dan komisi rakyat untuk perlindungan Al-Quds.

Senada dengan atas puluhan komite kerajaan maupun republik baik di tingkat pemerintahan ataupun rakyat, di negara Arab ataupun Islam di sejumlah kota besar Arab dan belahan dunia lainya memandang penuh kecemasan atas situasi yang terjadi di Baitul Maqdis. Seperti tampak dalam sejumlah pernyataan mereka, baik yang lantang ataupun yang malu-malu, yang tersebar di sejumlah media informasi dan di pasang di berita utama atau head line.

Namun semua itu mentok hanya sebatas pernyataan ataupun berita yang tak lebih dari sekedar seruan atau himbauan. Satupun tidak ada yang benar-benar memperhatikan untuk menyelamatkan Al-Quds dari bahaya yahudisasi yang mengancamnya. Karena membela al-Quds saat ini telah beralih dan menjadi tanggung jawab para juru runding seperti Ahmad Qurey yang disinyalir sejumlah media telah absent dari aktivitas politiknya, menyusul kelemahanya dalam perundingan dengan menlu Israel Tzipi Livni.

Padahal Menlu Israel ini telah gagal melunakan pemerintahnya dan lebih memilih terjun dalam bursa pemilihan perdana menteri mendatang. Ia lebih memilih membiarkan masalah Al-Quds tetap di meja perundingan ketika tidak sanggup menahan tekanan kuat terutama dari kalangan politisi Israel. Lebih dari itu, berunding dalam masalah Al-Quds bisa mendorong pada kemukinan pembagian kota tersebut bersama penduduknya yang berbeda ras dan keyakinan. Dan hal ini tentu tidak diinginkan Israel.

Keikut sertaan para jenderal pada pemilu pekan kemarin adalah pertemuan terbesar yang diadakan terkait perluasan permukiman Israel. Hadir di situ, Jenderal Neir Barokat yang terpilih menjadi Kepala Distrik Israel di Al-Quds, juga hadir jenderal dan bekas pilot pesawat tempur Ron Holiday di Tel Aviv. Barokat mengisyaratkan, negara Israel yang tengah membangun di tengah perdamaian adalah bagian dari “Pertempuran yang membayakan” yang terus berlangsung dalam konflik entitas kedua bangsa di satu negara Baitul Maqdis.

Setrategi ini bertentangan dengan kesibukan Palestina dan Arab untuk mempersiapkan pembukaan Launching Perayaan Al-Quds sebagai Ibu kota Budaya Arab pada akhir Januari tahun 2009 mendatang. Acara ini akan diikuti oleh para seniman dari berbagai negeri Arab dan Palestina. Menjelang acara tersebut diperkirakan akan banyak permintaan visa masuk dan permintaan izin dari pemerintah Israel termasuk pada Jenderal Barokat. Seperti diketahui, Jenderal Barokat menolak memberikan berbagai kemudahan bagi warga Palestina di Al-Quds. Alasan inilah yang menyababkan ia mengundurkan diri dari partai Kadema

Dalam sejumlah pernyataannya paska kemenanganya pada pemilihan kepala distrik Al-Quds. Ia mengajukan program kerja untuk menjamin keberadaaan Al-Quds sebagai ibukota abadi dan satu-satunya bagi Israel, melalui dua program utama. Yaitu, pertama, memasivkan permukiman dan penjajahan di wilayah timur Al-Quds. Terutama membangun koloni permukiman yahudi terbesar di Anata yang saat ini dikenal dengan nama E-1. Di tempat inilah, Israel telah membangun kantor komando kepolisianya untuk wilayah Tepi Barat, dalam rangka menutupi satu-satunya celah yang masih tersisa bagi Palestina, ditengah hamparan permukiman yang dibangun Isreal di sekitar Al-Quds timur. Komplek permukiman ini akan menghubungkannya dengan permuikiman Isreal yang berada di bagian luar Al-Quds (Al-Quds Raya), bersatu dengan wilayah permukiman terbesar Israel, Maale Adumem di Tepi Barat, sebelah timur Al-Quds. Wilayah ini nantinya akan menjadi kota terbesar yang terletak antara Al-Quds dan Sungai Yordan dengan pengggabungan dua wilayah jajahan, Kaidar 1 dan Kaidar 2 ke dalamnya.

Adapun program kedua yang diusung jenderal Barokat ini adalah, menjadikan Al-Quds sebagai kota internasional yang akan menarik puluhan juta wisatawan dalam sepuluh tahun ke depan. Al-Quds akan menjadi kota budaya dunia, seperti New York yang menjadi ibu kota dana dan perdagangan serta kota konspirasi politik dunia. Tempat berkumpulnya para ekonom, pejabat tinggi, ditengah krisis ekonomi Amerika yang sedang mengglobal.

Ditengah persiapan pembukaan Sinagog terbesar di dunia di Al-Quds, dalam dua bulan ke dapan ini, pakar strategi Israel di Hebron, Kholil Tafkaji mengatakan, Kubbah sinagog yang akan dibangun Israel besarnya sama dengan Kubbah Sakhra yang kini berada di tengah areal masjid Al-Aqsha. Rencana ini jelas membahayakan eksistensi Al-Aqsha.

Terkait strategi yahudisasi kota Al-Quds menjelang tahun 2020, nasib Al-Quds akan seperti kota Andalusia di Spanyol. Jika kondisi Palestina dan dunia seperti saat ini yang hanya mencari perdamaian, bukan perombakan total. Maka baitul Baitul Maqdis hanya tinggal kenangan. Dia hanya sebagai waritsan budaya sebagaimana terjadi di Andalusia. Ummat Islam hanya bisa menangisinya melalui lantunan nasyid Majdi Gabir. Ribuan nyawa sia-sia ditelan konspirasi dan pertentangan konflik Palestina saat ini.

Di tengah pertempuran yang dimenangkan Israel dalam sisi yahudisasinya. Sementara Palestina tenggelam dalam harapan yang mengawang-awang melalui perundingan demi perundingan dengan Israel. Belum diketahui siapa diantara keduanya yang akan memenangkan identitas Baitul Maqdis.

Masjid Al-Aqsha





Oleh : Mahir Abu Thair

Harian Dustur Yordania (18/5/08)

Kota Al-Quds telah hilang di tangan Arab sendiri sebelum yang lain melakukanya. Jika salah seorang diantara kita membawa gambar Masjid Qubbah Sakhra yang berwarna keemasan kemudian berkeliling kepada ribuan murid-murid sekolah di Arab. Pasti sebagian besar dari mereka tidak tahu nama gambar tersebut. Ditakdirkan ada yang tahu mereka pasti mengatakan bahwa gambar tersebut adalah masjid Al-Aqsha.

Di sejumlah surat kabar, koran, mata uang kertas ataupun logam juga di beberapa bingkisan hadiah dan majalah ataupun buku-buku yang berkaitan dengan al-Quds selalu terpampang gambar Masjid Qubbah Sakhra. Masjid Al-Aqsha telah hilang ditelan bumi bersama qubbahnya.

Jika bangsa Yahudi ingin menghancurkan kedua masjid tersebut secara bersamaan, mereka hanya akan berbicara tentang penghancuran Masjid Al-Aqsha saja dan membiarkan masjid Qubbah Sakhra bagi bangsa Arab dan kaum muslimin. Sementara lorong-lorong di bawah al-Aqsha siap meruntuhkannya. Apalagi kalau Israel membuat guncangan atau gempa bumi buatan sebagai bagian dari rencana Israel menghancurkan Al-Aqsha.

Dan ketika tidak tersisa lagi bagi kita kecuali Qubbah Sakhra yang berwarna keemasan, maka dengan sendirinya kita akan menerima penggantian dari Israel.

Al-Quds yang ada dalam ingatan kebanyakan orang disimbolisasikan dengan Qubbah Sakhra. Sementara Qubbah Sakhra masih ada, belum hencur. Yang hancur dan hilang adalah Masjid al-Aqsha. Sementara al-Aqsha tidak dikenal oleh kebanyakan generasi saat ini.

Hingga para syaikh kita, semoga Allah mensucikan mereka dan tentu dengan niat yang baik dari mereka berkata, semua areal al-Haram adalah al-Aqsha. Dengan perkataan itu para ulama itu ingin menegaskan bahwa semua tempat di sana adalah al-Haram. Namun mereka lupa perkataan tersebut juga menguntungkan Israel. Secara tidak langsung Israel juga suka dengan perkataan itu. Israel akan berkata baik !! kami akan hancurkan Masjid al-Aqsha bersama qubbahnya yang berwarna biru langit untuk kemudian kami bangun di atasnya haikal yahudi. Sementara bangsa Arab kami berikan setengah al-haram lainya di mana terdapat Qubbah Sakhra yang dianggap Al-Aqsha juga atau mewakili al-Aqsha oleh kaum muslimin. Inilah yang disebut tukar guling. Maka tercapailah solusi konflik antara kaum muslimin-yahudi dengan win-win solution.

Masjid al-Aqsha terancam hilang. Oleh karena itu seluruh aksi, partai politik, koran, majalah, media cetak, media elektronik, para pencetak gambar atau siapa saja hindarilah gambar al-Aqsha sebagai pengganti al-Quds. Semua pihak diharapkan berhenti menggunakan gambar Qubbah Sakhra sebagai lambang al-Quds. Kami berharap semua nya menggunakan gambar Masjid Al-Aqsha atau areal al-Haram al-Quds ketika berbicara tentang al-Quds. Penghilangan gambar al-Aqsha oleh bangsa Arab dan dunia sebagai bentuk prahara terhadap hak-hak legal Palestina. Terutama karena wilayah tersebut bukan hanya milik Palestina secara makna. Karena al-Quds merupakan kiblat pertama bagi ummat Islam dan al-Haram ketiga setelah Makkah dan Madinah. Al-Aqsha kedudukanya seperti Ka’bah al-Musyarafah dari sisi kesucianya.

Bagaimana mungkin ummat Islam dapat membebaskan kota al-Quds, sementara sebagian besar mereka tidak mengetahui letak-letaknya bahkan gambarnya tidak kenal ?. Bagaimana mungkin ummat Islam dapat membebaskan al-Aqsha sementara mereka tidak tahu bagaimana bentuknya ?. Apalagi tidak mengetahui sejauh mana bahaya yang mengancamnya . Bagaiamana mungkin ummat ini mau menyelematkan al-Quds dari penjajahan, sementara tiap hari al-Quds dirampas Isral, tanahnya dibangun permukiman dan penduduknya diusir dari sana, dan kita hanya diam saja ?.

Sebagian kaum muslimin membawa paspor Israel secara terpaksa atau suka rela. Sebagian mereka tenggelam dalam utang-piutang karena tak dapat membayar pajak Israel. Atau sebagian mereka membangun rumahnya setelah mendapatkan persetujuan dari Israel. Mereka hanya boleh menempati tanpa memiliki.

Bagaimana bisa sebagian uang bangsa Arab justru dipakai Israel untuk membiayai perang al-Quds. Kita juga menemukan bangsa Arab membelanjakan milyaran dollar uangnya untuk urusan yang tidak ada gunanya, hanya untuk membiayai para pemain bola, teman dekat, anak-anak, pesawat terbang, kapal pesiar ? tetapi tidak sepeser pun digunakan untuk menyelamatkan kota Al-Haram Al-Quds terjajah, atau sekedar memperlama masa tinggal bangsa Arab di sana.

Jika dunia berkonspirasi terhadap kita, maka setengah konspirasi itu oleh sebab kita sendiri. Di antara kewajiban kita hari ini adalah mengingatkan siapa saja yang melupakan kota agama Al-Quds. sebagaimana Makkah dan Madinah di Saudi. Sebab meremehkan masalah al-Quds sama saja dengan melepaskan kerudung dari kepala ibu kita. Kita serahkan masalah al-Quds kepada bangsa asing untuk melakukan apa yang mereka mau. Kesucian dan kehormatan tidak bisa dibagi dengan yang lain. Kita suka melihat orang menangis di depan Ka’bah. Tapi diam seribu bahasa ketika melihat al-Quds. Air mata sudah kering. Tidak ada yang mengetahui kecuali Allah dan pemilik hati tersebut. siapa diantara mereka yang jujur dan siapa yang melakukanya dengan ria.

Masjid Al-Aqhs tidak perlu pada air mata, juga tidak pelu pada suara keras dalam setiap demo dan aksi. Kewajiban kita hanya mengingatkan generasi ini. Minimal mereka dapat membedakan dua masjid tersebut. Sebelum kami minta mereka untuk berjihad. Mereka belum tahu kisah perjuangan al-Quds dari A hingga Z. Aku punya mimbar di sana. Aku tentu berhak tinggal dan berdiri di sana. Sebagaiman kalian punya hak untuk shalat di dalam Masjid Al-Quds.

Panggilan Terakhir Sebelum Al-Aqsha Runtuh




Oleh Mahmud Mubarak

Harina al-Hayat London (21/4/2008)

Di perempat tahun 2001, Dunia diguncangkan dengan suatu undang-undang negara yang membuat marah, ketika pemerintah Afganistan yang dipimpin Taliban mengumumkan niatnya untuk menghancurkan patung-patung budha yang ada di negaranya. Kebijakan tersebut dinilai bertentangan dengan undang-undang internasional. Terkait masalah ini, negara-negara Barat dan sebagian Negara Timur Tengah memminta pemerintah Taliban untuk mengurungkan niatnya. Mereka juga mengutus sebagian Negara muslim datang ke Afganistan. Mereka terdiri dari beberapa ulama senior dan pejabat diplomatik untuk mengajak pemerintah Afganistan agar membatalkan niatnya. Keputusan Taliban tersebut akan memicu ketegangan di kawasan. Pada saat yang sama, Dewan Keamaan PBB mengeluarkan surat edaran yang bebunyi keputusan pemerintah Taliban ini bertentangan dengan undang-undang internasional termasuk di dalamnya piagam Denhag tahun 1954 tentang kewajiban melindungi benda-benda yang bernilai sejarah dan kebudayaan.

Hari ini, di saat dunia disibukan dengan permasalahan Irak dan Palestina disibukan dengan serangan demi serangan yang dilancarkan Israel ke jantung Gaza. Juga ditengah konflik internal, Israel memanfaatkan situasi ini untuk terus menggali terowongan di sekitar Masjid Al-Aqsha dengan maksud meruntuhkanya. Langkah ini jelas bertentangan dengan undang-undang internasional. Namun tindakan Israel ini tidak mendapatkan reaksi apapun dari Negara-negara Barat. Boro-boro melahirkan resolusi dari Dewan Keamanan sebegaimana terjadi pada pemerintah Taliban.

Maka kekhawatiran yang diungkapkan ketua Gerakan Islam di wilayah Palestina jajahan 1948 beberapa hari yang lalu tentang adanya penggalian Israel yang sudah sampai di jantung areal al-Haram Masjid Al-Aqsha tepatnya di bawah tanah antara Qubbah Sakhra dan Masjid Kiblat. Kegiatan ini kontan telah menabuh genderang perang yang sangat berbahaya bagi kelangsungan Al-Aqsha dimasa yang akan datang. Kemungkinan runtuhnya al-Aqsha lebih cepat dari yang diperkirakan. Sebabnya semakin dekatnya penggalian mereka dan juga alat-alat kimia yang mereka gunakan untuk mempercepat lapuknya tiang-tiang al-Aqsha.

Maka situasi Al-Aqsha bisa masuk ke dalam undang-undang internasional dari beberapa sudut mana saja. Kedudukan Masjid Al-Aqsha sesuai dengan peraturan yang disepakati pada perjanjian Denhag tahun 1899 dan 1907. juga sesuai dengan Kesepakatan Jeneva tahun 1949 dan materi protokloler yang menyebutkan, al-Aqsha bagian dari Al-Quds Timur yang dijajah Israel tahun 1967. Selain itu Al-Aqsha masuk dalam perjanjian Denhag untuk perlindungan benda-benda yang bernilai budaya tahun 1945.

Yang terjadi saat ini, jika Negara-negara Arab dan Islam belum melakukan tanggung jawabnya untuk melindungi tempat sucinya, kemungkinan tuntutan untuk menjaganya juga sangat terlambat. Organisasi Islam OKI (Organization Conference Islamic) dulu pernah melakukan tanggung jawabnya ketika Yahudi berusaha membakar Al-Aqsha tahun 1969. OKI yang terdiri dari 50 negara yang bergabung di dalamnya harus dapat membentuk pasukan khusus seperti PBB. Atau dapat mengerahkan tentara anggotany untuk melindungi tempat suci ummat Islam sebelum terlambat.

Dengan kedudukanya yang mengakar OKI mungkin mampu meyakinkan dunia bahwa Masjid al-Aqsha bisa menjadi barang waqaf, walau tidak sama kedudukanya dengan patung budha

Setelah Terjadi Keruntuhan di Al-Aqsha, Apa Lagi Yang Ditunggu ?




Oleh Ziyad Miqdad

Setelah Israel menguasai sebagian besar wilayah Palestina, maka kota al-Quds, baik sebelah barat maupun timur berada dibawah otoritas Israel. Masjid Al-Aqsha menjadi tawanan, air mata darah dan kesedihan tumpah, kepedihan dan penderitaan menyelimuti al-Aqsha. Semua itu akibat penodaan dan penganiayaan Israel terhadap masjid kiblat pertama ummat Islam ini.

Kepedihan al-Aqsha bertambah-tambah, menyaksikan para pemimpin Arab dan kaum muslimin terpatung membisu, tidak bergerak atau tergerak hatinya untuk menyelematkan al-Aqsha. Mereka diam seribu bahasa, berlepas diri dari identitas kearaban mereka, dari masjid al-Aqsha, kiblat pertama mereka al-haram ketiga dan mesjid kedua yang dibangun manusia.

Akibat sikap diam bangsa Arab, sangat berpengaruh terhadap keberanian Israel untuk meningkatkan kejahatannya, merealisasikan cita-cita dan rencana mereka membangun Haikal ketiga yang sudah diimpi-impikan sejak ratusan tahun yang lalu.

Inilah yang terjadi, Yahudi diberikan keleluasaan untuk merealisasikan tujuan-tujuannya, memanfaatkan kelemahan dan ketakutan bangsa Arab.

Mulailah mereka membangun makar secara sistematis dan terorganisir, tahap demi tahap secara sembunyi maupun terang-terangan. Sebagian rencana mereka publikasikan di antara para pembesar kaumnya dibawah pendengaran dan penglihatan dunia, kaum muslimin dan bangsa Arab seluruhnya.

Untuk langkah pertama, Israel berupaya menguasai sebagian kecil Masjid Al-Aqsha untuk melaksanakn ritual ibadahnya dan sebagai basis pemantauan mereka terhadap langkah selanjutnya. Dialah Tembok al-Buraq, bagian tak terpisahkan dari Masjid Al-Aqsha. Tembok ini kemudian mereka namakan “Tembok Ratapan”.

Setelah dua tahun dari penjajahan mereka terhadap Al-Quds, Zionis Israel lalu berupaya membakar masjid tersebut dan menghanguskan sebagian ruangannya. Mimbar Shalahuddin rahimahullah yang berhasil direbut dari tangan kaum salib oleh Shalahuddin al-Ayubi dan mengembalikanya kepada pangkuan kaum muslimin, setelah 90 tahun berada di bawah penodaan kaum Kristiani, kini telah terbakar, akibat kedengkian dan kejahatan kelompok Zionis.

Setelah itu, muncul pelarangan dan pembatasan bagi kaum muslimin yang mau melakukan shalat di dalam Masjid Al-Aqsha, terutama di hari-hari orang berkumpul di dalamnya, seperti hari Jum’at dan di bulan Ramadhan. Kaum muslimin sangat rindu untuk shalat di dalam Masjid Al-Aqsha. Tempat dimana pahala-pahala dilipatgandakan menjadi 500 kali lipat di selain al-Aqsha.

Bahkan pelarangan ini sampai pada tingkat penganiayaan terhadap jama’ah shalat, melalui penembakan terhadap mereka. Akibatnya pembantaian pun terjadi, darah suci mengalir tumpah di tanah suci Al-Quds.

Semua ini terjadi di depan mata dunia, tanpa rasa khawatir, sedih ataupun malu. Tidak ada yang bergerak atau bertindak secara nyata dari kalangan pemimpin Arab, selain ungkapan penyesalan, penolakan ataupun kecaman menyaksikan pelanggaran ini.

Namun, yang paling berbahaya dari semua tindakan mereka ini adalah, pelanggaran yang mereka tidak publikasikan. Yaitu kegiatan yang mereka lakukan pada malam hari, berupa penggalian terowongan yang besar dan dalam di bawah Al-Aqsha. Dengan menggunakan alat-alat modern dan canggih, siang dan malam mereka menggali dan membuat bangunan di bawah Masjid Al-Aqsha. Tidak sampai di situ mereka juga membangun gedung kota transit di bawah al-Aqsha sebagai mukkadimah pendirian Haikal di atas reruntuhan al-Aqsha, jika sudah ambruk.

Mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi, tanpa dipublikasikan, walau sejumlah bukti dan fakta mengarah kepada apa yang mereka rancanakan. Keadaan ini terus berlanjut, hingga terbukalah cadar penutup dan terjadilah keruntuhan di pelataran al-Aqsha, separti dapat kita saksikan pada beberapa hari yang lalu lewat channel televise, dimana terjadi keretakan dan keruntuhan di beberapa bangunan.

Namun demikian, tidak membuat Israel mengaku. Ia bahkan mengklaim bahwa keruntuhan itu akibat gempa bumi lokal.

Sekarang, setelah terjadinya beberapa peristiwa di al-Aqsha akibat upaya penghancuran Zionis Israel dan setelah tampak bukti berupa keruntuhan pelataran al-Aqsha, pertanyaanya adalah, sampai kapan wahai ummat Islam yang berjumlah semilyar setengah, akan menunggu ? atau kita akan bersumpah tidak akan sadar ataupun bangun sebelum melihat al-Aqsha tinggal puing-puing batu ???.

Beberapa Hukum Fiqih Terkait Al-Aqsha




Oleh DR. Basam al-Af

Kedudukan Al-Aqsha di dalam Islam
1. Tempat isra dan mi’rajnya Nabi Muhammad SAW.
Rasulallah melakukan Isra (perjalanan malam) dari Masjid Al-Haram Makkah menuju masjid al-Aqsha di Palestina. seperti termuat dalam Al-Qur’an Surat al-Isra ayat

2. Kiblat pertama Ummat Islam
Allah telah menjadikan Masjid Al-Aqsha sebagai kiblat pertama ummat Islam kemudian berpindah ke Ka’bah Musyarofah Baitullah al-Haram.

3. Dianjurkan berpegian untuk tujuan ibadah ke Masjid Al-Aqsha dan keutamaan shalat di dalamnya.

4. Masjid kedua yang dibangun manusia setelah Masjid Al-Haram.

Abu Dzar pernah bertanya kepada Rasulallah, tentang masjid apa yang paling pertama dibangun. Rasulullah menjawab, Masjid Al-Haram. Abu Dzar bertanya lagi kemudian apa ? Nabi menjawab lalu Masjid Al-Aqsha. Berapa tahun antara keduanya? Nabi menjawab 40 tahun. (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa hukum fiqh yang terkait dengan al-Aqsha

  1. Dianjurkan berziarah ke Masjid Al-Aqsha atau meniatkan beribadah di dalamnya. Sebagaimana hadits Maimunah binti Sa’ad. Ia berkata, ya Nabi Allah berikanlah fatwa tentang Baitul Maqdis. Nabi SAW bersabda, tempat dikumpulkan manusia. Datangilah dan shalatlah di dalamnya (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud)

Beberapa pendapat ulama dalam masalah ini :

- Makruh hukumnya mengkhususkan datang ke Baitul Maqdis di waktu tertentu. Juga dimakruhkan berdiam di lapangannya seperti di Arafah karena takut menyerupai ibdah haji di Arafah atau menyerupai hari I’ed

- Makruh hukumnya menyentuh atau mencium salah satu bangunan di sana

Dianjurkan shalat di dalamnya. Karena shalat di dalam Masjid Al-Aqsha lebih afdal dari pada shalat di selainya, kecuali masjid Al-Haram sama dengan 100.000 kali shalat (di selainya) dan Masjid Nabawi sama dengan 1000 kali (di selainya) Sementara shalat di Baitul Maqdis 500 kali shalat di selainya. Keutamaan shalat ini berlaku di seluruh pelataran yang terpagar. Oleh karena itu, para ulama menganjurkan mempunyai rumah atau bangunan yang berdekatan dengan masjid Al-Aqsha bagi yang mampu.

  1. Dianjurkan memberi minyak untuk penerangan Masjid Al-Aqsha. Berdasarkan hadits Maimunah binti Sa’ad. Ya Nabi Allah, berikan fatwa kepadaku tentang Baitul Maqdis. Nabi Berkata, “tempat dikumpulkanya dan disebarkanya (manusia). Maka datangilah ia dan shalat di dalamnya. Karena shalat di dalamnya seperti shalat 1000 rakaat di selainya. Maimunah berkata lagi, bagaimana jika aku tidak bisa. “Maka berikanlah minyak untuk peneranganya. Barang siapa yang memberikannya maka seolah ia telah mendatanginya.” (HR. Ibnu Majah) yang dimaksud dengan memberikan bantuan materi dalam rangka memakmurkanya atau pemeliharaanya.

  2. Para ulama berpendapat, kebaikan dan kejelekan di Masjid Al-Aqsha dihitung berlipat-lipat. Sebagaimana di Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi. Sebagaiman yang diriwyatkan dari Nafi dari Ibnu Umar. Apakah kita tidak keluar dari masjid ini (Al-Aqsha) karena kemaksiatan di dalamnya akan berlipat sebagaimana kebaikanya.

  3. Para ulama Syafi’iyah berpendapat, shalat ied di al-Aqsha lebih afdal daripada shalat di musholla. Karena tidak ada satupun riwayat dari ulama salaf maupun khalaf yang menjelaskan mereka shalat di luar Masjid al-Haram.

  4. Dianjurkan menghatamkan al-Qur’an di dalamnya. Seperti hadits Abu Al-Iz berkata, mereka para ulama menyukai untuk mendatangi tiga masjid (Al-Haram, Nabawi dan all-Aqsha) untuk menamatkan al-Qur’an di dalamnya )HR. Said Bin Mansur). Sementara Sufyan al-Tsauri menamatkan al-Qur’an di Masjid al-Aqsha dan bersungguh-sungguh di dalamnya.

  5. Dianjurkan keluar untuk ibadah haji ataupun ihram dari Masjid Al-Aqsha. Berdasarkan hadits Ummu Salamah, bahwa Nabi berkata, “Barang siapa yang berihram untuk haji atau umrah dari Masjid Al-Aqsha ke Masjid Al-Haram, maka akan diampuni segela perdosaannya yang telah lalu ataupun yang akan datang atau dihadiahkan padanya surga (HR. Abu Dawud)

  6. Wajibnya melaksanakan nazar shalat atau I’tikaf di dalam Masjid Al-Aqsha

  7. Sebagian ulama memakruhkan mencium Baitul Maqdis atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar. Sebagian lagi membedakan antara kencing dan buang air besar. Dan yang lainya memakruhkan bila dilapangan. NamunJumhur ulama membolehkanya.

Inilah sebagian masalah fiqhiyah yang berkaitan dengan Masjid al-Aqsha. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi Ummat Islam untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha ini, agar kita bisa melaksanakan berbagai syi’ar tadi, amin.

Qubbah Sakhra Tempat Wisata Paling Lama




Harian Uni Emirat Arab (03/10/2007)

Palestina mempunyai banyak tempat tujuan wisata. Karena kedudukannya sebagai pusat tiga agama dunia. Maka tak heran bila Palestina menjadi tujuan utama wisata agama. Di samping itu, letaknya yang tidak terlalu jauh dari negara-negara Barat, Eropa, Asia atapun Afrika.

Wisata agama di Palestina ini sangat lengkap, karena menampung tiga agama besar di dunia. Seperti tempat mi’rajnya Rasulallah SAW ke langit ke tujuh, setelah beliau melakukan perjalanan diwaktu malam (isra) dari Makkah menuju al-Quds.

Al-Quds merupakan kiblat pertama Ummat Islam. Di dalamnya terdapat Masjid al-Aqsha, Qubbah Sakhra, dan Masjid Umar Ibnu Khottob.

Sebetulnya banyak tempat-tempat bersejarah yang menjadi tujuan wisata Islami di Palestina. Seperti makam para ulama, makam para Nabi dan para shahabatnya. Di sana terdapat makam Nabi Musa AS di Jericho, Masjid Bilal bin Rabbah di Bet Lehem, Masjid Hasyim di Gaza, Masjid Nasher Shalhuddin di Nablus termasuk di dalamnya makam para mujahid kaum muslimin yang syahid saat perang Salib. Selain itu ada juga makam para wali, seperti makam Syaikh Yusuf, Syaikh Imaduddin, Basyar Hafi dan sejumlah pahlawan Palestina lainya.

Yang paling mengagumkan dari semua tempat wisata itu adalah Qubbah Sakhra, yang memperlihatkan keajaiban teknik bangunan saat itu. Setiap muslim harus punya keinginan untuk mengunjunginya dan berbangga atas hasil kebudayaan bangsa muslim. Semua orang tahu Qubbah Sakhra hanya ada di Palestina. Namun masih sangat sedikit orang yang bisa menyaksikanya.

Kebudayaan Bangunan Islam

Qubbah Sakhra dibangun pada era kekholifahan Bani Umayah, Abdul Malik bin Marwan, kira-kira antara tahun 65-86 H atau 684 – 705 M. menurut catatan yang terdapat di kaligrafi emas yang ditulis dengan khat Kufi di dalam bangunan Qubbah di arah tenggaranya.

Tak diragukan, latar belakang pembangunan Qubbah ini kembali pada semangat keagamaam kaum muslimin dan keterikatan mereka terhadap peristiwa Isra-Mi’raj Rasulallah SAW. Hal ini juga menunjukan pembangunan qubbah ini terjadi saat situasi yang aman dan tentram. Pembangunan Qubbah ini mendorong kaum muslimin dari berbagai pelosok untuk membangun dan mangunjunginya. Apalagi dengan statusnya sebagai kiblat pertama dan al-Haram ketiga setelah Makkah dan Madinah.

Qubbah Sakhra dibangun secara bersama-sama oleh tiga bangsa dunia, Arab, Romawi dan Turki dengan arahan dua insinyur terkenal, Raja bin Hayah al-Kindi (salah seorang ilmuwan Chechnya) dan Yazid bin Salam (ilmuwan Al-Quds). Design bangunan ini terkenal dengan banyaknya tiang yang membentuk segi delapan. Sementara Qubbah yang berada di atasnya melambangkan arsitektur sempurna dan salah satu cirri kebudayaan Islam.

Hiasan dan ukiran yang ada di Qubbah Sakhra menarik perhatian para peneliti atau siapa saja yang menyaksikan keindahan bangunan ini. Yang menggabungkan unsur-unsur arsitektur dan keindahan. Qubbah Sakhra bahkan menjadi salah satu lambang arsitektur islami.

Design Apik dan Sempurna

Qubbah Sakhra dibangun dengan design apik dan serasi. Perancang bangunan ini membuat tiga koridor utama yang menggambarkan arsitektur sempurna dan kebudayaan islam yang mengagumkan. Bangunan ini terdiri dari tiga unsur utama yaitu, Qubbah yang menutupi tanah bangunan berpasir. Dua ruangan, dalam dan luar yang dikelilingi bangunan Qubbah serta bantuk bangunan dalam yang terdiri dari delapan segi.

Adapun Qubbah yang berada di dalamnya berdiri di atas empat tiang. Masing masing setinggi tiga meter. Sementara 12 tiang lainya mengelilingi bangunan tersebut dihiasi batu permata. Tiang-tiang itu tersusun rapi. Diantara dua tiang ada tiga penyangga batu hiasan.

Qubbah Sakhra terdiri dari dua tingkat yang terbuat dari kayu dan bagian luarnya juga bertopang pada pondasi kayu yang mengangkat Qubbah Sakhra di bagian luarnya. Di bagian dalam, Qubbah Sakhra dihiasi relief emas. Adapun di bagian luarnya dipercantik dengan tulisan berbahan tembaga yang berwarna keemasan. Di sekeliling bangunan ini terdapat 10 jendela sebagai tempat masuknya sinar matahari dan ventilasi udara.

Tempat Kunjungan

Selama rentang zaman, kaum muslimin telah memelihara dan melindungi Qubbah Sakhra sebagai tempat kunjungan Islami. Mereka memeliharanya terutama akibat perubahan cuaca dan iklim. Setiap khalifah dan pemimpin kaum muslimin tek pernah melewatkan untuk merenovasi bangunan ini.

Dari sini diketahui, bahwa setiap muslim pasti mengetahui penghargaan sebenarnya untuk Qubbah Sakhra sebagai salah satu peninggalan Islam. Semua orang seharusnya berusaha untuk mengunjunginya serta melihat keindahan bangunan tersebut, sebagai pemuas citra rasa keislaman seseorang.

Kecantikan Budaya Islami

Qubbah Sakhra merupakan bangunan yang sangat berharga dihiasi qubbah emas yang terletak di tengah-tengah areal Masjid Al-Aqsha agak ke sebelah kiri sedikit. Bangunan ini adalah yang paling dahulu dan tempat kunjungan yang paling besar di al-Quds. Di sebut Qubbah Sakhra karena karena tempatnya di sakhra (lapangan pasir). Qubbah Sakhra merupakan salah satu lambang arsitektur Arab Islam pada satu sisi dan keindahan citra rasa seni islami pada sisi lainya