Jumat, 13 Februari 2009

Al-Aqsha Antara Kerjaan Penjajah dan Himbauan Arab




Oleh : Mahmus Fathofathoh

Ketika seorang muslim berbicara tentang keunikan suatu negeri atau tentang tanah suci bagi kaum muslimin, tentu ia tidak akan pernah melewatkan untuk menyebut Masjid Al-Aqsha.

Hampir semua wartawan atau penulis, baik Arab maupun asing yang pernah berkunjung ke Palestina, wilayah yang paling pertama mereka kunjungi adalah Al-Quds, tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa untuk melakukan shalat di dalamnya. Seperti diketahui puluhan wartawan Mesir yang datang ke Ramallah, mereka tidak akan mengunjungi kota-kota lain di Palestina sebelum mereka mengunjungi al-Quds dan al-Aqsha.

Bisakah kita membuat pengharagaan yang setinggi-tingginy kepada al-Aqsha daripada yang telah Allah lakukan dalam ayatnya. Subhanalladzi asra biabdihi….. (Mahasuci Allah yang telah mengisrakan hambaNya dari Masjid Haram menuju Masjid Al-Aqsha yang kami berkati wilayah sekelilingnya (al-Isra: 1)) dan ungkapan Nabi Muhammad SAW. tidak boleh memaksakan diri untuk melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid, Masjid Al-Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsha.

Ringkasnya Masjid Al-Aqsha adalah milik dan wakaf bagi kaum muslimin. Yahudi atau siapapun tidak ada hubungannya dengan al-Aqsha.

Masjid ini sekarang sedang terjajah sejak pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat. Hingga aksi berbahay mereka yang mungkin akan lebih parah dari apa yang kita saksikan saat ini.

Al-Aqsha saat ini terlarang bagi bangsa Palestina sendiri, bahkan pada bulan yang terbesar dalam Islam yaitu bulan Ramadhan. Israel menginginkan agar rakyat Palestina melupakan masjid terpenting di negaranya. Saya bisa meyakini hal ini, mengingat bangsa Palestina masih terjajah. Mereka harus menempuh perjalanan berat dan melelahkan untuk sampai di al-Aqsha dan shalat di sana. Belum lagi penyiksaan yang mereka dapatkan ketika melewati pintu perlintasan dan blockade militer. Kadang penghinaan dan perampasan identitas diri saat memasuki wilayah suci bagi ummat Islam. Paling parah, justru mereka ditangkapi bahkan dibunuhnya oleh serdadu Israel, karena dianggap ingin membebaskan al-Aqsha.

Dalam makalan yang singkat ini, saya ingin mengungkapkan tentang bahaya yang mengancam al-Aqsha berupa penodaan dari kelompok penjajah atau anggota Parlemen Israel Knesset yang ingin meyakinkan pada rakyatnya bahwa pemerintahanya (Israel) tidak akan melepaskan Al-Quds. bahwa Al-Quds adalah tempat Kuil Mereka yang mereka klaim berada di bawah Masjid Al-Aqsha.

Sebagai tanggapan dari tindakan Israel yang berbahaya ini Konferensi Islam internasional mengadakan KTT di Istambul dalam rangka ingin menyelamatkan al-Aqsha. Sebagaimana biasa akan lahir dari KTT ini sejumlah himbauan yang tidak ada realisasinya. Seperti kecaman, penolakan, peringatan dan lain sebagainya. Aksi semacam ini yang kosong dari realisasi akan terus ada. Berapa banyak konferensi yang diadakan dengan alasan untuk melindungi al-Aqsha tapi berakhir menyedihkan. Seperti pepatah mengatakan, kami dengar gilinganya tapi tidak mendapat gandumnya.

Saya ingin katakan, Al-Aqsha butuh pada orang laki-laki yang terpercaya, para pemimpin yang berani yang amanah. Al-Aqsha membutuhkan kerja dan perlawanan dengan segala kemampuan yang ada yang mendapat legalitas dari agama maupun undang-undang internasional. Al-Aqsha butuh pada praktek bukan bukan bicara. Al-Aqsha butuh pada perjuangan untuk sampai ke sana, setiap saat, bukan hanya bulan Ramadhan saja. Al-Aqsha butuh kepada para pembela, seperti Syaikh Raed Shalah dan yang lainya yang memang merasakan langsung penderitaan al-Aqsha.

Saya khawatir sekali terhadap al-Aqsha. Walau saya yakin al-Aqsha ada yang melindunginya. Akan tetapi kenapa kita mebiarkan al-Aqsha, tidak melaksanakan kewajiban kita untuk menjaga atau membebaskanya tempat dimana telah isra Nabi kita Muhammad sawa ke langit ke tujuh ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar