Jumat, 13 Februari 2009

Nasib Al-Aqsha Antara Kelemahan Bangsa Arab dan Terpecahanya Palestina




Nasib Al-Aqsha Antara Kelemahan Bangsa Arab dan Terpecahnya Palestina

Kelanjutan program yahudisasi al-Quds dan upaya mereka untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha memasuki tahap yang sangat mengkhawatirkan, ungkap DR. Abdul Wahab el-Musairi, pengamat politik Israel dalam tulisannya di harian Teluk Bahrain (31/03/07). Kejahatan mereka kali ini lebih berbahaya ketimbang peritiwa pembakaran al-Aqsha pada 21 Agustus 1969. Israel kini melanjutkan penggalianya di bawah masjid untuk mencari Haikal yang mereka klaim terkubur di bawah al-Aqsha.

Di sisi lain pengamat politik Israel ini mengungkapkan, maksud Israel sebenarnya adalah menghapuskan dan mengubah peninggalan bangsa Arab dari Al-Quds timur sebagaimana mereka telah lakukan pada Al-Quds bagian Baratnya.

Masjid Al-Aqsha bersama dinding dan gerbangnya merupakan peninggalan bersejarah yang sangat berharga bagi kaum muslimin Arab. Oleh karena itu pihak Israel berusaha untuk merubah banguan tersebut. Usaha mereka ini sudah dilakukan lebih dari 118 kali.

Yang paling dahsyat adalah apa yang dilakukan oleh Danis Michael Rouhan dengan membakar masjid AL-Aqsha pada tahun 1969 H. di saat bangsa Arab sedang lemah-lemahnya karena disibukan oleh kelompok radikal zionis di negerinya sendiri.

Ketika terjadi pembakaran oleh yahudi Raouhan, tidak terdengar tindakan ataupun kecaman dari dari bangsa Arab terhadap Israel, walau mereka telah menenggelamkan sejarah bangsa Arab dengan menjajah sebagian wilayahnya. Seperti pencaplokan atas Tembok Al-Buraq yang menempel ke Masjid Al-Aqsha, yang suka disebut sebagai “Tembok Ratapan” Israel.

Walaupun sejak tahun 1967, PBB telah menetapkan bahwa Dinding Al-Buraq atau Tembok Ratapan itu milik keluarga bangsa Arab yang bernama Abu Daumah. Namun Israel tak pernah menghiraukanya ia tetap mencaplok wilayah itu dan menjadikanya sebagai tempat wisatawan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kali kunjungan para pemimpin Amerika yang datang ke wilayah tersebut dengan memakai topi khas yahudi dan melakukan ibadah di depan tembok tersebut.

Kelemahan dan ketidak berdayaan bangsa Arab semakin mendorong Israel melakukan berbagai penodaan terhadap masjid Al-Aqsha. Meski sampai kini para ilmuan purbakala Israel tak mampu mebuktikan secara ilmiah keberadaan nenek moyang mereka di wilayah tersebut. yang ada justru peninggalan bangsa Kan’an yang merupakan nenek moyang bangsa Arab. Oleh karena apa yang dilakukan Israel saat ini adalah proyek perencanaan untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha melalui perubahan fondasi al-Aqsha dengan menggali terowongan di bawah masjid agar mereka bisa mengklaim telah menemukan peniggalan Israel di wilayah tersebut, terutama di bagian utara atau dimana terletak gerbang Al-Mughoribah yang telah dihubungkan dengan terowongan dan jembatan milik Israel. Setelah sebelumnya mereka juga mencaplok bagian Selatanya dimana terletak sekolah El-Tunkiriah yang dikenal denan sekolah hokum. Kini tempat tersebut menjadi markas militer Israel.

Hal ini juga dikuatkan oleh Hani Khalaf, pembantu menlu Mesir untuk urusan Arab yang menyebutkan Liga Arab sedang mempersiapkan resolusi pada pertemuan para menlu Arab yang berisi kecaman atas usaha Israel yang terus menerus melakukan perubahan dan penghancuran terhadap peninggalan bersejarah Islam di kota Al-Quds serta merubahnya dengan iklim yahudi.

Khalaf mengisyaratkan, rancangan keputusan Liga Arab tersebut mencakup tiga masalah utama. Yaitu, embargo seluruh rencana Israel termasuk di dalamnya upaya pembangunan museum di pekuburan Islam yang dikenal dengan nama, makam Ma’manillah. Kedua, penggusuran 1328 hektar tanah di wilayah Ananah sebelah timur Al-Quds yang dijadikan tembok rasial dan pembangunan sinagog yahudi di bawah teroowongan bagian Barat Masjid Al-Aqsha seluas 530 m. dan ketiga, menghantikan rencana mereka membuat terowongan baru antara pintu Sulaiman dan gerbang al-Amud seluas 13 hektar kemudian mereka rubah menjadi kawasan wisata Israel.

Khalaf menegaskan, pentingnya sikap dunia Arab dalam masalah ini. Memang ada beberapa langkah yang diupayakan bangsa Arab untuk memanggil dubes Israel dan mengingatkannya atas penodaan pemerintahnya terhadap masjid Al-Aqsha.

Di pihak lain, DR. Ahmad Yusuf Qurey, seorang pakar masalah al-Quds mengingatkan, penodaan Israel terhadap kota tersebut dimulai dengan mengancam setiap tempat bersejarah kota Al-Quds dengan memasifkan permukiman Israel di sekeliling kota. Saat ini mereka sedang merealisasikan rencananya untuk menghancurkan al-Aqsha.

Sampai sekarang Israel sudah melakukan 118 penodaan terhadap Al-Aqsha. Tidak hanya terjadi sejak tahun 1967, bahkan jauh sebelum itu, tepatnya tahun 1929 Israel sudah mulai menodai tanah suci Al-Quds ini. Mereka mulai eksodus dan menguasai sebagian pelataran Al-Aqsha dan mulai membuat terowongaan di bawah dinding masjid serta menghancurkan sejumlah pintu gerbang bersejarah dengan mengklaim bahwa tembok tersebut adalah bagian miliknya yang diberinama “Tembok Ratapan” hal ini mereka lakukan sejak tahun 1928 H termasuk di dalamnya propaganda internasional.

Adapun klaim mereka terhadap masjid AL-AQsha adalah, keyakinanya bahwa di bawah masjid Al-Aqsha terdapat Haikal Sulaiman. Dan untuk menampakan haikal tersebut harus menghancurkan dahulu Masjid Al-Aqsha.

Inilah masalah pokok konflik antara Yahudi Israel dengan kaum muslimin Palestina, selain penghancuran sebagian bangunan milik bangsa Arab dan Islam di Al-Quds. maka dengan terpecahnya kekuatan bangsa Arab baik di tingkat pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan adalah factor terpenting yang mendorong Israel semakin berani melanjutkan penghinaanya terhadap kaum muslimin. Sementara Palestina pun terpecah-pecah hingga akhirnya gerbang Al-Mugaribah, satu-satunya pintu menuju Al-Aqsha yang pernah dilewati Rasulallah SAW. ketika melakukna isra dan mi’raj pun hancur tak bersisa. Langkah tersebut merupakan misi yang jelas bagi Israel untuk bangsa Arab, bahwa mereka akan terus melakukan yahudisasi al-Quds tanpa rintangan dari bangsa Arab walau sebatas himbauan kepada masyarakat dunia untuk mengintervensi masalah ini.

Mereka senantiasa melakukan propaganda dan pembodohan sejarah, tidak hanya di tingkat Al-Quds, tetapi mereka telah merampok sisa-sisa peninggalan bangsa Arab dan mengklaimnya sebagai milik yahudi, hingga galian yang mereka buat antara tahun 50 an, dimana mereka menemukan benda sisa-sisa peninggalan bangsa Kan’aniyah, mereka klaim, bahwa benda itu termasuk peninggalan bangsa yahudi. Mereka juga berpegang pada hikayat yahudi tentang keberadaan Haikal yang katanya akan segera tampak, walau badan waqaf Palestina menandaskan bahwa Masjid Al-Aqsha beserta pelatarannya merupkan milik Islam. Namun Israel tetap meneruskan panjajahan hingga menguasai gerbang Al-Mugharibah dan melakukan perombakan secara total disamping penggalian parit dan terowongan di bawah dinding Al-Aqsha yang bersejarah.

Oleh karena itu yang harus dilakukan bangsa Arab bukan hanya bersipat politis saja, tetapi harus mengakar pada budaya Arab. Sikap bangsa Arab juga bukan ditinjau dari sisi agama saja karena sikap Barat saat ini sedang memusuhi apa saja yang berbau Islam. Disamping itu, bangsa Arab hendakan membantu bangsa Palestina dalam memelihara peninggalan bangsanya dan berupaya melakukan renovasi seluruh bangunan yang ada di sana.

Sebab tujuan Israel begitu jelas, mereka ingin menghancurkan Masjid Al-Aqsha demi terkuaknya Haikal yang mereka klaim berada di bawahnya. Sementara itu Israel berusaha menyibukan bangsa Arab dan Amerika dengan kasus Irak serta kesepakatan deklarasi Makkah antara Fatah dan Hamas, agar mereka bisa lebih tenang melakukan renacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar